Kamis, 27 Maret 2014

Ganesha [chapter 1]

Ganesa (Sanskerta गणेश) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan.Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk NepalTibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama GanapatiWinayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat JainaBuddha, dan di luar India.

Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (Wignesa,Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara. Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.

Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda. Ketenarannya naik dengan cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, (Sanskerta: गाणपत्य;gāṇapatya), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu. Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesa adalah GanesapuranaMudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.

Etimologi dan nama lain


Patung Ganesa dari KarnatakaIndia. Patung ini dibuat pada abad ke-13.
Ganesa memiliki banyak gelar dan nama pujian, termasuk Ganapati dan Wigneswara. Gelar dalam agama Hindu yang dipakai sebagai penghormatan, yaituSri (Sanskerta: श्री; śrī, juga dieja Shri atau Shree) seringkali ditambahkan di depan namanya. Salah satu cara yang terkenal dalam memuja Ganesa adalah dengan menyanyikan Ganesa Sahasranama, sebuah doa pengucapan "seribu nama Ganesa". Setiap nama dalam sahasranama mengandung arti berbeda-beda dan melambangkan berbagai aspek dari Ganesa. Sekurang-kurangnya ada dua versi Ganesa Sahasranama; salah satu versi diambil dariGaneshapurana, yaitu sastra Hindu untuk menghormati Ganesa.

Nama Ganesa adalah sebuah kata majemuk dalam bahasa Sanskerta, terdiri dari kata gana (Sanskerta: गण; gaṇa), berarti kelompok, orang banyak, atau sistem pengelompokan, dan isha (Sanskerta: ईश; īśa), berarti penguasa atau pemimpin. Kata gana ketika dihubungkan dengan Ganesa seringkali merujuk kepada para gana, pasukan makhluk setengah dewa yang menjadi pengikut Siwa. Istilah itu secara lebih umum berarti golongan, kelas, komunitas, persekutuan, atau perserikatan. Ganapati (Sanskerta: गणपति ; gaṇapati), nama lain Ganesa, adalah kata majemuk yang terdiri dari katagana, yang berarti "kelompok", dan pati, berarti "pengatur" atau "pemimpin". Kitab Amarakosha, yaitu kamus bahasa Sanskerta, memiliki daftar delapan nama lain Ganesa: WinayakaWignaraja (sama dengan Wignesa), Dwaimatura (yang memiliki dua ibu), Ganadipa (sama dengan Ganapati dan Ganesa),Ekadanta (yang memiliki satu gading), HerambaLambodara (yang memiliki perut bak periuk, atau, secara harfiah, yang perutnya bergelayutan), danGajanana (yang bermuka gajah).

Winayaka (Sanskerta: विनायक ; vināyaka) adalah nama umum bagi Ganesa yang muncul dalam kitab-kitab Purana Hindu dan Tantra agama Buddha. Nama ini mencerminkan sebutan terhadap delapan kuil Ganesa yang terkenal di Maharashtra yang mahsyur sebagai astawinayaka. Nama Wignesa(Sanskerta: विघ्नेश; vighneśa) dan Wigneswara (Sanskerta: विघ्नेश्वर; vighneśvara) (Penguasa segala rintangan) merujuk kepada tugas utamanya dalammitologi Hindu sebagai pencipta sekaligus penyingkir segala rintangan (vighna).


Lukisan Ekadanta atau "Ganesa bergading satu", dari daerah Mysore, negara bagian KarnatakaIndia.
Nama yang mahsyur bagi Ganesa dalam bahasa Tamil adalah Pille atau Pilleyar ("anak kecil"). A. K. Narain membedakan arti istilah-istilah tersebut dengan mengatakan bahwa pille berarti seorang "anak" sementara pilleyarberarti seorang "anak yang mulia". Dia menambahkan bahwa kata pallupella, dan pell dalam bahasa-bahasa rumpun Dravida berarti "gigi atau gading gajah", namun lebih lazim diartikan "gajah". Seorang penulis buku yang bernama Anita Raina Thapan menambahkan bahwa akar kata pille pada nama Pillaiyar mungkin aslinya berarti "gajah muda", karena kata pillaka dalam bahasa Pali berarti "gajah muda".






Penggambaran

Ganesa adalah figur yang terkenal dalam kesenian IndiaCitra tentang Ganesa menjamur di berbagai penjuru India sekitar abad ke-6. Tidak sepertidewa-dewi lainnya, penggambaran sosok Ganesa memiliki berbagai variasi yang luas dan pola-pola berbeda yang berubah dari waktu ke waktu. Dia kadangkala digambarkan berdiri, menari, beraksi dengan gagah berani melawan para iblis, bermain bersama keluarganya sebagai anak lelaki, duduk di bawah, atau bersikap manis dalam suatu keadaan.

Biasanya Ganesa digambarkan berkepala gajah dengan perut buncit. Patungnya memiliki empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesa. Dia membawa patahan gadingnya dengan tangan kanan bawah dan membawa kudapan manis, yang ia comot dengan belalainya, pada tangan kiri bawah. Motif Ganesa yang belalainya melengkung tajam ke kiri untuk mencicipi manisan pada tangan kiri bawahnya adalah ciri-ciri yang utama dari zaman dulu. Patung yang lebih primitif di Gua Ellora dengan ciri-ciri umum tersebut, ditaksir berasal dari abad ke-7. Dalam perwujudan yang biasa, Ganesa digambarkan memegang sebuah kapak atau angkusa pada tangan sebelah atas dan sebuah jerat pada tangan atas lainnya.

Pengaruh unsur-unsur kuno dalam susunan penggambaran tersebut masih bisa diamati dalam penggambaran Ganesa secara kontemporer. Dalam sebuah penggambaran modern, satu-satunya variasi terhadap unsur-unsur kuno adalah tangan kanan bawah Ganesa tidak memegang patahan gading namun seolah-olah terarah ke mata pengamat dengan gerak tangan yang melambangkan perlindungan atau penyingkir ketakutan (abhaya mudra). Kombinasi yang sama terhadap empat lengan dan atribut, muncul pada patung Ganesa yang sedang menari, yang merupakan tema terkenal.

Atribut umum


Patung Ganesa di MaharashtraIndia. Patung tersebut dibuat sesuai dengan makna atribut-atributnya.
Ganesa digambarkan berkepala gajah semenjak awal kemunculannya dalam kesenian India. Mitologi dalam Purana memberi beberapa penjelasan mengenai kejadian yang menyebabkannya berkepala gajah. Salah satu perwujudannya yang terkenal, yakni Heramba-Ganapati, memiliki lima kepala gajah, dan variasi kecil lainnya pada jumlah kepala diketahui. Sementara beberapa kitab mengatakan bahwa Ganesa terlahir dengan kepala gajah, pada cerita yang terkenal dikatakan bahwa ia memperoleh kepala gajah di kemudian hari. Motif utama yang terulang dalam cerita-cerita tersebut adalah bahwa Ganesa lahir dengan tubuh dan kepala manusia, kemudian Siwa memenggalnya ketika Ganesa mencampuri urusan antara Siwa dan Parwati. Kemudian Siwa mengganti kepala asli Ganesa dengan kepala gajah. Detail kisah pertempuran dan penggantian kepala, memiliki beragam versi menurut sumber yang berbeda-beda. Dalam kitab Brahmawaiwartapurana terdapat kisah yang cukup menarik. Saat Ganesa lahir, ibunya, Parwati, menunjukkan bayinya yang baru lahir ke hadapan para dewa. Tiba-tiba, Dewa Sani (Saturnus), yang konon memiliki mata terkutuk, memandang kepala Ganesa sehingga kepala si bayi terbakar menjadi abu. Dewa Wisnu datang menyelamatkan dan mengganti kepala yang lenyap dengan kepala gajah. Kisah lain dalam kitab Warahapurana mengatakan bahwa Ganesa tercipta secara langsung oleh tawa Siwa. Karena Siwa merasa Ganesa terlalu memikat perhatian, ia memberinya kepala gajah dan perut buncit.

Nama Ganesa pada mulanya adalah Ekadanta (satu gading), merujuk kepada gadingnya yang utuh hanya berjumlah satu, sedangkan yang lainnya patah. Beberapa citra menunjukkan ia sedang membawa patahan gadingnya. Hal penting di balik penampilan khusus ini dikandung dalam kitabMudgalapurana, yang mengatakan bahwa nama penjelmaan Ganesa yang kedua adalah Ekadanta. Perut buncit Ganesa muncul sebagai ciri-ciri khusus pada kesenian patung sejak zaman dulu, yang ditaksir sejak periode Gupta (sekitar abad IV-VI). Penampilan ini amat penting, karena menurut Mudgalapurana, dua penjelmaan Ganesa yang berbeda memakai nama yang diambil dari Lambodara (perut buncit, atau, secara harfiah, perut bergelantungan) dan Mahodara (perut besar). Kedua nama tersebut merupakan kata majemuk dalam bahasa Sanskerta yang melukiskan bagaimana keadaan perutnya. Kitab Brahmandapurana mengatakan bahwa Ganesa bernama Lambodara karena segala semesta (yaitu "telur alam semesta"; IASTbrahmāṇḍa) pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang ada di dalam tubuhnya. Jumlah lengan Ganesa bervariasi; wujudnya yang terkenal memiliki sekitar dua sampai enam belas lengan. Banyak penggambaran tentang Ganesa yang menampilkan ia bertangan empat, yang telah disebut dalam Purana dan ditetapkan sebagai wujud standar dalam beberapa kitab tentang ikonografi. Wujudnya pada masa awal memiliki dua lengan. Wujud dengan 14 dan 20 lengan muncul di India Tengah selama abad ke-9 dan abad ke-10Ular adalah tampilan yang umum dalam penggambaran tentang Ganesa dan muncul dalam beragam bentuk. Menurut Ganesapurana, Ganesa melilitkan ular Basuki di lehernya. Penggambaran lain tentang ular meliputi kegunaannya sebagai benang suci (IASTyajñyopavīta) yang dililitkan melingkari perut sebagai sabuk, dipegang di tangan, dililitkan di pergelangan kaki, atau dipakai sebagai mahkota. Pada dahi Ganesa kemungkinan ada mata ketiga atau simbol sekte Siwa (Sanskertatilaka), yang berupa tiga garis mendatar. Ganeshapurana mengatakan bahwa tanda tilaka sama saja dengan bulan sabit pada dahi kepala. Wujud tertentu dari Ganesa yang disebut Bhalachandra (IAST: bhālacandra; "Bulan di dahi") memasukkan unsur penggambaran tersebut. Namun warna lain yang spesifik dihubungkan dengan wujud tertentu. Beberapa contoh mengenai hubungan warna dengan gerakan meditasi tertentu dinyatakan dalam Sritattvanidhi, sebuah buku tentang ikonografi dalamHinduisme. Sebagai contoh, putih dihubungkan dengan wujud Ganesa sebagai Heramba-Ganapati dan Rina-Mochana-Ganapati (Ganapati yang membebaskan dari belenggu). Ekadanta-Ganapatidigambarkan berwarna biru selama bermeditasi dalam wujud itu.

Wahana

Citra Ganesa pada mulanya tidak disertai dengan wahana (tunggangan). Pada delapan penjelmaan Ganesa yang dinyatakan dalamMudgalapurana, Ganesa lima kali menggunakan tikus dalam lima penjelmaannya, menggunakan singa saat menjelma sebagai Wakratunda, seekormerak saat menjelma sebagai Wikata, dan menggunakan Sesanaga ilahi, dalam penjelmaannya sebagai Wignaraja. Pada empat penjelmaan Ganesa yang terdaftar dalam GanesapuranaMohotkata menunggangi singa, Mayureswara menunggangi merak, Dumraketu menunggangi kuda, danGajanana menunggangi tikus. Dalam pandangan agama Jaina terhadap Ganesa, wahananya ada bermacam-macam, seperti misalnya tikus, gajah,penyudomba, atau merak.

Ganesa seringkali digambarkan menunggangi atau diantar oleh seekor tikus. Martin-Dubost mengatakan bahwa tikus muncul sebagai wahana yang utama dalam sastra tentang Ganesa, di wilayah India Tengah dan Barat selama abad ke-7; tikus juga selalu ditempatkan dekat dengan kakinya. Tikus sebagai wahana muncul pertama kali dalam kitab Matsyapurana dan kemudian dalam Brahmandapurana dan Ganesapurana, dimana Ganesa menggunakannya sebagai kendaraan hanya pada inkarnasi terakhirnya. Ganapati Atharwashirsa mengandung sloka tentang Ganesa yang menyatakan bahwa gambar tikus terdapat dalam benderanya. Nama Musakawahana (berwahana tikus) dan Akuketana (berbendera tikus) muncul dalam Ganesa Sahasranama.

Tikus ditafsirkan dalam berbagai pengertian. Seorang penulis buku tentang Ganesa bernama John A. Grimes telah menafsirkan makna tikus sebagai atribut Ganesa. Michael Wilcockson mengatakan bahwa tikus melambangkan orang-orang yang ingin mengatasi keinginan dan mengurangi sifat egois. Yuvraj Krishan, seorang penulis buku Ganesa, mengatakan bahwa tikus itu bersifat merusak dan mengancam pertanian. Kata Sanskertamūṣaka (tikus) diambil dari akar kata mūṣ (mencuri, merampok). Merupakan hal yang penting untuk menaklukkan tikus sebagai hama penghancur, sejenis wighna (rintangan) yang perlu untuk diatasi. Jadi menurut teori tersebut, Ganesa sebagai penguasa tikus menunjukkan fungsinya sebagai Wigneswara (dewa segala rintangan) dan memberi bukti terhadap perannya sebagai grāmata-devatā (dewa pedesaan) bagi rakyat yang kemudian meningkat kemuliaannya. Paul Martin-Dubost yang juga pernah menulis buku tentang Ganesa memberi sebuah pandangan bahwa tikus adalah simbol yang memberi sugesti bahwa Ganesa, seperti halnya tikus, mampu menembus bahkan memasuki tempat-tempat rahasia.

Asosiasi


Patung Ganesa di sebuah kuil diOrissa, India.

Rintangan

Ganesa adalah Wigneswara atau Wignaraja, dewa segala rintangan, baik yang bersifat material maupun spiritual. Ia mahsyur dipuja sebagai penyingkir segala rintangan, meski ia juga memasang rintangan pada umatnya yang perlu diberi cobaan. Paul Courtright mengatakan, "pekerjaannya adalah menempatkan dan menyingkirkan rintangan. Itu merupakan kekuasaannya yang utama..."

Yuvraj Krishan menyatakan bahwa beberapa nama Ganesa mencerminkan perannya yang berkembang dari waktu ke waktu. M. K. Dhavalikar beranggapan bahwa karena cepatnya ketenaran Ganesa di antara dewi-dewi Hindu, dan kemunculan para Ganapatya, sehingga ada perubahan tekanan suara dari wignakartā (pencipta rintangan) menjadi wignahartā (penyingkir rintangan). Bagaimana pun, dua fungsi tersebut menjadi amat penting dalam karakter Ganesa, seperti yang dijelaskan Robert Brown, "bahkan setelah Ganesa dalam Purana digambarkan dengan baik, Ganesa meninggalkan banyak hal-hal penting untuk peran gandanya sebagai pencipta dan penyingkir rintangan, sehingga memiliki aspek negatif maupun positif."

Buddhi

Ganesa dianggap sebagai Dewa Aksara dan Pelajaran. Dalam bahasa Sanskerta, kata buddhi adalah kata benda feminin yang banyak diterjemahkan menjadi kecerdasan, kebijaksanaan, atau akal. Konsep buddhi erat dikaitkan dengan kepribadian Ganesa, khususnya pada zaman Purana, ketika banyak kisah menonjolkan kepintarannya dan cinta terhadap kecerdasan. Salah satu nama Ganesa dalam Ganeshapurana dan Ganesa Sahasranamaadalah Buddhipriya. Nama ini juga muncul dalam daftar 21 nama di akhir Ganesa Sahasranama yang menurut Ganesa amat penting. Kata priya bisa berarti "yang tercinta", dan dalam konteks suami-istri bisa berarti "kekasih" atau "suami", maka nama Buddhipriya bisa saja berarti "Yang dicintai oleh kecerdasan" atau "Suami Buddhi".

Aum


Ganesa dalam perhiasan berbentuk simbol Aum.
Ganesa diidentikkan dengan mantra Aum dalam agama Hindu (Simbol: , juga dieja 'Om'). Istilah oṃ(ng)kāraswarūpa (Aum adalah wujudnya), ketika diidentikkan dengan Ganesa, merujuk pada sebuah pemahaman bahwa ia menjelma sebagai bunyi yang utama.[35] Kitab Ganapati Atharwashirsa memberi penjelasan mengenai hubungan ini. Swami Chinmayananda menerjemahkan pernyataan yang relevan berikut ini:
(O Hyang Ganapati!) Engkaulah (TritunggalBrahmaWisnu, dan Mahesa. Engkaulah Indra. Engakulah api (Agni) dan udara (Bayu). Engkaulah matahari (Surya) dan bulan (Candrama). Engkaulah Brahman. Engkaulah (tiga dunia) Bhuloka [bumi], Antariksa-loka [luar angkasa], dan Swargaloka[sorga]. Engkaulah Om. (Itu sebagai tanda, bahwa Engkaulah segala hal tersebut).
Beberapa pemuja melihat kesamaan antara lekukan tubuh Ganesa dalam penggambaran umum dengan bentuk simbol Aum dalam aksara Dewanagari danTamil.

Cakra pertama

Menurut Kundalini yoga, Ganesa menempati cakra pertama, yang disebut muladharaMula berarti "asal, utama"; adhara berarti "dasar, pondasi". Cakra muladhara adalah hal penting yang merupakan manifestasi atau pelebaran pokok-pokok kekuatan ilahi yang terpendam. Hubungan Gansea dengan hal ini juga diterangkan dalam Ganapati Atharwashirsa. Courtright menerjemahkan pernyataan sebagai berikut: "[O Ganesa,] Engkau senantiasa menempati urat sakral di pondasi tulang punggung [mūlādhāra cakra]." Maka dari itu, Ganesa memiliki kediaman tetap dalam setiap makhluk yang terletak pada Muladhara. Ganesa memegang, menopang dan memandu cakra-cakra lainnya, sehingga ia mengatur kekuatan yang mendorong cakra kehidupan.

Referensi


  • Agrawala, Prithvi Kumar (1978), Goddess Vināyakī: The Female Gaṇeśa, Indian Civilization Series, Varanasi: Prithivi Prakashan
  • Apte, Vaman Shivram (1965), The Practical Sanskrit Dictionary, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers, ISBN 81-208-0567-4(fourth revised and enlarged edition).
  • Avalon, Arthur (1933), Śāradā Tilaka Tantram, Motilal Banarsidass Publishers, ISBN 81-208-1338-3 (1993 reprint edition).
  • Bailey, Greg (1995), Ganeśapurāna: Introduction, translation, notes and index, Harrassowitz, ISBN 3-447-03647-8
  • Bhattacharyya (Editor), Haridas (1956), The Cultural Heritage of India, Calcutta: The Ramakrishna Mission Institute of CultureFour volumes.
  • Brown, Robert (1991), Ganesh: Studies of an Asian God, Albany: State University of New York, ISBN 0-7914-0657-1
  • Chinmayananda, Swami (1987). Glory of Ganesha. Bombay: Central Chinmaya Mission Trust.
  • Courtright, Paul B. (1985), Gaṇeśa: Lord of Obstacles, Lord of Beginnings, New York: Oxford University Press, ISBN ISBN 0-19-505742-2

SUMBER

http://id.wikipedia.org/wiki/Ganesa

RezaMaulana 1401123200
@R16Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar